Translate


web widgets

web widgets

Tuesday, 23 September 2014

Sherlock Holmes Story

Sherlock Holmes Story
 “Nama saya adalah Sherlock Holmes. Mengetahui apa yang orang lain tidak ketahui adalah urusan saya.”

Siapa Tak Kenal Sherlock Holmes?

Siapa yang tidak kenal Sherlock Holmes, karakter fiktif paling tersohor dari ranah sastra Inggris? Inilah konsultan detektif paling terkenal di dunia, yang berhasil tercatat dalam Guinness World of Records sebagai “karakter yang paling banyak dimainkan di film,” dengan total 75 aktor yang pernah memerankannya!

Sejarah Sherlock Holmes

Sherlock Holmes adalah buah karya penulis Skotlandia, Sir Arthur Conan Doyle, yang menciptakan profesi konsultan detektif pertama di dunia. Detektif yang satu ini dikenal jenius, logis, jago menyamar, pengamat yang hebat, dan ahli penyimpulan deduktif, yang berarti menarik kesimpulan umum dari hal-hal kecil. Menurut pengakuan Doyle, karakter tersebut terinspirasi dari Dr. Joseph Bell, dosennya saat kuliah kedokteran. Total, kisah Sherlock Holmes ditulis dalam bentuk empat novel, yaitu A Study in Scarlet, The Sign of The Four, The Hound os the Baskervilles, dan The Valley of Fear, serta 56 cerita pendek yang diterbitkan dalam lima antologi, yaitu The Adventures of Sherlock Holmes, The Memoirs of Sherlock Holmes, The Return of Sherlock Holmes, His Last Bow, dan The Case-Book of Sherlock Holmes.

Kemunculan Sherlock Holmes

Kemunculan Sherlock Holmes pertama kali adalah pada tahun 1887 dalam novel A Study in Scarlet. Ketika itu, usia Doyle baru 28 tahun, dan karyanya tersebut dipandang para kritikus sebagai karya latihan, karena struktur dan gaya tulisannya yang belum stabil. Namun novel ini tetap menjadi karya sastra paling berpengaruh dari abad ke-19. Sebelumnya, naskah novel tersebut sempat ditolak sejumlah penerbit. Baru setelah Ward Lock menerbitkannya, respons publik menggiring Doyle untuk terus menghasilkan kisah Sherlock Holmes. Pada 1891, Doyle memulai kerjasama dengan majalah Strand, yang menerbitkan cerpen tentang Sherlock Holmes selama 25 tahun!
Sebagian besar kisah Sherlock Holmes dituturkan oleh Dr. John H. Watson. Pertemuan mereka terjadi pada 1881, ketika Dr. Watson, yang harus pensiun dini dari militer karena cedera, harus mencari tempat tinggal di London. Dr. Watson berpapasan dengan teman lamanya, Stamford, yang lantas, memperkenalkannya kepada Sherlock Holmes, yang juga sedang mencari teman untuk berbagi sewa apartemen. Tak lama, Sherlock Holmes dan Dr. Watson sepakat menjadi teman seapartemen. Sejak itu pula, Watson menjadi partner Sherlock Holmes dalam memecahkan kasus-kasus yang datang ke tempat praktik mereka : 221B Baker Street.
Watson memiliki dua peran unik dalam hidup Sherlock Holmes, yang digambarkan sebagai penyendiri yang tak punya teman. Pertama adalah sebagai asisten dalam menyelidiki kasus. Kedua, sebagai dokumenter dari kasus-kasus mereka. Pertemanannya dengan Watson adalah hubungan terpenting yang Sherlock Holmes miliki. Dibalik karakternya yang dingin Sherlock Holmes sangat menyayangi sahabatnya itu.
Watson sendiri menggambarkan Sherlock Holmes sebagai pria cerdas yang bohemian. Artinya, meski metode penyelidikan maupun berpikir Sherlock Holmes sangat rapi dan cemerlang, secara pribadi ia eksentrik dan berantakan. Sherlock Holmes juga gemar membuat bingung para polisi yang sulit mengikuti kejeniusannya. Karena itu, Sherlock Holmes kerap dicap arogan, dan menganggap pemecahan kasus sebagai permainan ketimbang aksi menegakkan keadilan.

Era yang Tepat Untuk Sherlock Holmes

Sherlock Holmes dan Watson disukai pembaca di era Victorian karena, di masa itu, wrga kota besar Inggris amat takut dengan aksi kriminal yang merajalela. Keberadaan konsultan detektif dan dokter/tentara, meski fiktif, membuat warga Victoria menemukan sosok pahlawan. Faktanya, duo maut beda karakter ini masih digemari di era modern.

Sherlock Holmes adalah Inspirasi Besar bagi Ilmu Forensik

Sherlock Holmes adalah inspirasi besar bagi ilmu forensik, terutama dengan kepiawaiannya mengamati jejak sepatu, jejak ban, bekas darah, sisa racun, dan analisi balistik. Sherlock Holmes juga adalah sosok pertama yang memperkenalkan penggunaan kaca pembesar sebagai alat penyelidikan. Atas jasanya terhadap ilmu forensik, pada 2002, Royal Society of Chemistry di Inggris menganugerahkan honorary fellowship kepada Sherlock Holmes. Ia adalah satu-satunya karakter fiktif yang menerima penghargaan itu.

Kejenuhan Sang Penulis Terhadap Sherlock Holmes

Doyle rupanya sempat jenuh menulis soal Sherlock Holmes, dan memutuskan untuk ‘membunuhnya’. Dalam cerpen The Final Problem yang terbit pada 1893, Doyle mempertemukan Sherlock Holmes dengan musuh bebuyutannya, Profesor James Moriarty, konsultan kriminal. Di klimaks cerita, mereka berhadapan di Reichenbach Falls, tempat wisata lokal di Swiss, dan bertarung sampai jatuh bersama ke dalam jurang.
Public gempar! Sebanyak 20.000 pembaca membatalkan langganan mereka terhadap majalah Strand untuk menunjukkan protes atas kematian konsultan detektif kesayangan mereka. Akhirnya dengan desakan dari penerbit, Doyle kembali menghidupkan tokohnya dalam The Hound of the Baskervilles. Sejak itu, Doyle kembali menulis tentang Sherlock Holmes selama 24 tahun berikutnya.

Pencipta dibalik karakter Sherlock Holmes

Tak heran kalau Sherlock Holmes ahli dalam ilmu forensik karena pencipta karakter Sherlock Holmes ini adalah seorang dokter. Tapi siapakah sebenarnya Doyle?
Arthur Ignatius Conan Doyle lahir pada 22 Mei 1859, di Edinburgh, Skotlandia, dari keturunan Irlandia. Ayahnya, Charles Altamont Doyle, adalah alkoholik. Keluarga mereka hidup miskin dan tidak terlalu bahagia.
Ketika Doyle berusia 9 tahun, kerabat yang kaya-raya membiayai sekolahnya. Doyle pun belajar di sekolah asrama selama 7 tahun. Jiwanya yang bebas dan cenderung pemberontak tidak menyukai sistem sekolah yang kaku. Untuk menghibur diri, ia mengarang cerita. Banyak teman sekolahnya yang suka mendengarkan cerita-cerita karya Doyle.
Pada 1876 Doyle lulus, namun sang ayah malah masuk rumah sakit jiwa. Doyle pun memutuskan untuk masuk jurusan kedokteran di University of Edinburgh. Di tengah-tengah studi, ia menyempatkan menulis cerpen dan mengirimkannya ke sejumlah media. Doyle berusia 20 tahun ketika ditawari menjadi dokter di kapal Hope yang menuju Kutub Utara. Dalam perjalanan inilah jiwa petualangan Doyle terasah.
Setelah kembali ke Inggris dan lulus sebagai dokter, Doyle membuka praktik di Portsmouth. Perlahan tapi pasti, karier sang dokter muda menanjak. Ia juga mulai membangun keluarga bersama Louisa Hawkins, yang dinikahinya pada 1885. Namun bukan berarti hasratnya untuk menjadi seorang penulis terlupakan begitu saja.
Pada Maret 1886, Doyle mulai menulis novel yang akan melejitkan namanya. Dua tahun kemudian, novel tesebut, A Study in Scarlet, terbit, dan dunia mengenal Sherlock Holmes dan Dr. Watson. Lalu kemudian Sherlock Holmes menjadi legenda dan Doyle pun meninggalkan karier sebagai dokter untuk sepenuhnya berkonsentrasi sebagai penulis.
Pada Juli 1930, sang pengarang besar ditemukan terjatuh di halaman rumahnya di East Sussex, dengan satu tangan mencengkeram dada kiri. Ia menghembuskan napas terakhir dikelilingi keluarganya, dengan kata-kata terakhir yang ditujukan untuk sang istri, “Engkau Sungguh Indah”. Kata-kata yang juga mencerminkan perjalanan hidup sang pencipta Sherlock Holmes.
Sir Arthur Conan Doyle juga menulis novel terkenal lainnya, yang berkisah tentang keberadaan hewan prasejarah di Amazon : The Lost World.
Pada 1914, adaptasi film pertama dari kisah Sherlock Holmes, A Study In Scarlet, dibuat. Film bisu ini menampilkan James Bragington, akuntan yang dipilih karena dianggap paling mirip dengan ilustrasi Sherlock Holmes karya Sidney Paget. Sayang film bersejarah ini dinyatakan hilang.
Sherlock Holmes yang hidup di abad 21? Itulah yang dibuat oleh BBC One. Memindahkan latar Victoria ke millenium, Sherlock Holmes dan Dr. Watson memakai internet dan Blackberry untuk memecahkan kasus-kasusnya.

0 comments:

Post a Comment

Copyright © Conaners - Grup Saluran BBM C004A84E7 | Powered by Blogger

Design by Akinari Junior | Blogger Theme by Blogger Themes